Saturday, May 13, 2017

Wah sudah lama sekali tidak menulis di sini.
Sangkin lamanya aku bingung mau mulai dari mana.
Singkatnya, sekarang aku uda pindah kampus. Tempat yang jauh lebih manusiawi. 
Bisa dibilang ini adalah salah satu keputusan paling benar yang pernah aku buat. Hehe.
Mungkin di post selanjutnya (entah kapan) (tapi akan) bakal aku jelasin lebih detail tentang kampus yang baru ini. 
Tapi engga sekarang.
Karna sekarang aku lagi pengen cerita tentang salah satu orang yang paling aku sayang dan hormati, 
Basuki Tjahaja Purnama.

Aku ingat sebelum ngetweet itu perlu waktu cukup lama buat baca artikel atau berita yang ga kehitung lagi jumlahnya dan puluhan video yang aku liat buat mikir kalo Pak Ahok itu keren. Aku ingat semakin aku nyari tau, semakin itu juga harapan dan semangatku muncul. Bapak ini seakan menjadi sosok pemimpin yang aku rindukan, sosok yang selama ini selalu cuma bisa aku dapat dari bacaan cerita sejarah atau khayalan yang ada. Dan ketika Bapak hadir dalam kehidupan nyata, rasanya susah dijelaskan. Sebahagia itu.

Waktu itu walaupun masih jadi warga Medan yang tinggal di Bandung, aku ga pernah absen ngikutin berita tentang beliau. Aku beneran ikut senang ketika melihat Jakarta semakin maju, seperti ngasih bukti kalo Pak Ahok bukan cuma asal ngomong atau marah tapi punya alasan yang masuk akal dan itu semua dia lakukan untuk warganya tercinta. Gaya bicaranya yang sering dianggap tidak santun justru membuatku semakin menghormatinya, karna Bapak mengeluarkan sisi itu ketika berhadapan dengan oknum tertentu.

Karna satu dan lain hal, tahun lalu aku memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Ketika itu bisa dibilang kondisiku tidak terlalu baik, tapi ada hal yang mungkin menurut orang lain sepele sekali namun bagiku pikiran ini cukup bisa menghiburku. "Semangat, Dil! Kau sekarang sedang berada di provinsi yang sama dengan Pak Ahok, lho!" "Semangat, Dil! Sekarang di KTP-mu pun sudah ada tulisan Jakarta!"

Singkat cerita, pilkada sebentar lagi. Dengan kinerjanya, tidak heran banyak yang berharap Pak Ahok akan menjadi gubernur lagi. Termasuk aku. Namun sayangnya seiring berjalannya waktu, Pak Ahok terkena kasus tentang penistaan agama. Agama yang selama ini aku cintai dan yakini lebih dari apapun, Islam. Awalnya aku tidak percaya beliau ada niat untuk menistakan Islam, pun akhirnya setelah aku lebih mencari tau data dan fakta yang ada, aku tetap tidak percaya bahwa beliau seperti itu. Saat itu aku berpikir isu ini akan reda dengan sendirinya, seperti yang sudah-sudah. Tapi ternyata aku salah. Isu ini seperti api yang semakin lama semakin membakar semua yang tersentuh olehnya.

Walaupun aku yakin isu ini semakin besar, aku tetap menenangkan diriku kalo ini tidak 'sebesar' itu. Aku yakin masih banyak orang yang tidak mau Pak Ahok jatuh, apalagi warga Jakarta yang telah banyak menikmati langsung kinerja dan rasa sayang dari beliau. Sampai akhirnya karna isu tersebut anggota keluargaku sendiri meragukan beliau, disitu aku sadar bahwa sekali lagi aku salah. Salah besar.

Kesalahan ini membuatku untuk beberapa saat merenung. Benar-benar merenung. Apakah aku salah? Apakah benar imanku ternyata sedangkal seperti yang mereka katakan itu? Apakah aku tidak peduli dengan Islam? Apakah aku akan masuk neraka seperti sumpah serapah mereka? Perlahan aku mulai sedikit goyah. Aku rasa ini adalah saat yang paling tepat untuk memohon petunjuk dari Sang Pencipta. Ketika itu sebenarnya aku merasa sangat takut bila Sang Pencipta mengira bahwa aku lebih mementingkan Pak Ahok di atas segalanya, namun tiba-tiba aku tersadar sendiri, Dia lah yang paling mengerti dan tau isi hati hamba-Nya. Seharusnya bila aku yakin dengan alasanku, aku tidak perlu berprasangka buruk, apalagi dengan Sang Pencipta. Meskipun setelah itu mataku bengkak, hatiku kembali tenang. Alhamdulillah. Aku semakin yakin untuk tetap percaya dengan Pak Ahok.

... Tapi mungkin sudah takdirnya, Pak Ahok kalah di putaran kedua. Pun seakan belum cukup, beberapa hari yang lalu Pak Ahok divonis 2 tahun penjara karna kasus penistaan agama. Aku lupa kapan terakhir kali sepatah hati itu, dan aku tidak sendirian yang seperti ini. Banyak yang jauh lebih sedih dan mulai melakukan beberapa hal, seperti mulai aktif memberikan pendapat, membuat aksi solidaritas dengan lilin, protes dan sebagainya dalam bentuk yang nyata. Melihat respon yang beragam seperti itu aku tidak bisa sepenuhnya mendukung atau menyalahkan, yang pasti aku bersyukur karna masih banyak yang peduli dengan Pak Ahok. Aku tidak memilih protes karna walaupun sesayang itu dengan beliau, aku harus tetap menghormati keputusan hakim dan hukum yang berlaku. Meski demikian, aku tidak akan mecoba menipu dan menenangkan diriku lagi. Aku akan mencari cara lain untuk bersama-sama mendukung politik akal sehat, dan cara itu telah aku temukan.

Credit to @hariadhi

No comments:

Post a Comment